Seperti tiba-tiba
Sebutir biji mata
tergolek di kubangan
Entah sejak kapan
Air kawah merah kehitam-hitaman lumer di sekelilingnya
Biji mata itu terkejap-kejap sebentar
Lalu melotot tanpa gangguan apa-apa
Di tatapnya pemandangan sekeliling
Ada lautan terlempar
Gunungpun terguling
Langit dan awan luluh mengalir
Biji mata itu kembali terkejap-kejap
Seperti ingin kaget tapi tak bisa
Ingin heran tapi tak kuasa
Kemudian biji mata itu menggelinding
Merenangi air menjadi larut
Bahwa antar jaman sekarang saling berpaling
Tiba-tiba ia terhenti
Di depannya ada makhluk seperti menusia perempuan
Yang sedang sekarat, tubuhnya berkelojotan
Di antara ribuan sembilu tersayat-sayat
Mulut perempuan itu mengerang-erang
Kedua matanya berkutat menentang mulutnya sendiri
Dan airpun menggelegar
Lalu pecah menimbulkan buih-buih memerah darah
Sesuatu yang bundar berwarna merah kecokalatan
Menyembul dari mulut yang menganga lebar itu
Benda itu berkembang kempis sebentar
Dan kemudian melompat keluar
Ada bunyi menggelegar yang menggetarkan air
Mulut perempuan itu sempal
Dari dalamnya muncul pula benda
Bergumpal-gumpal tiada henti
Sampai gumpalan-gumpalan itu memenuhi sekitar
Kembang kempisnya mengguncang-guncang air
Suaranya berderak-derak bagai traktor karatan
Bagai gurita aneh kala ku amati
Gumpalan-gumpalan itu membungkus tubuh si perempuan
Lalu menghancur lumatkannya
Semuanya menjadi merah seram
Sampai gumpalan-gumpalan itu semakin menipis
Dan akhirnya luluh didalam air
Biji mata itu menyusup semak belukar
Memasuki rimba yang liar
Sesaat ia terhenti
Didepan nampak seperti manusia lelaki
Yang kerasukan setan
Melenguh keras bagai seekor lembu
Sambil membenturkan diri ke sebuah batu
Setiap kali ada bagian batu yag pecah
Setiap kali ada bagian kepala yang benjol
Darah segarnya mengalir
Megubah padang ilalang menjadi rawa anyir
Manusia itu tetap saja membenturkan kepalanya
Bunyi gelegar terus saja begema
Darah terus saja mengalir
Ketika kepala manusia itu telah habis
Berlanjut dengan kedua tangannya yang ia benturkan
Tangan habis,lalu bahunya
Bahu habis,lalu tubuhnya
Tubuh habis lalu pinggulnya
Pinggul habis lalu pahanya
Paha hais,lalu kakinya
Kakinya habis,lalu..?
Batu itu meluluh di tempatnya
Diiringi bunyi mendesis
Rumput-rumputpun mendesis
Pohon-pohonpun menangis
Seisi rimba semuanya mulai menangis
Semuanya menguap menjadi asap
Sampai akhirnya lenyap
Dan biji mata itu..? Astaga..!
Biji mata itupun lenyap
0 komentar