Wawancara dengan Mbak Khusnul, Novelis Asal Purworejo

"Seorang gadis bertongkat yang menggenggam mimpi setinggi langit." @pupasbisnis / bio tweet Mbak Khusnul

Purworejo ternyata memiliki seorang Novelis handal, Khusnul Khotimah. Karya-karyanya laris di pasaran. Kawan-kawan yang tertarik membelinya bisa mulai tongkrongin TogaMas atau gramedia. Dan... Cerita perjuangannya dalam menulis novel bahkan tidak kalah menarik dari novel-novelnya. Mbak Khusnul yang menderita suatu penyakit tapi mampu bangkit. Mbak Khusnul yang berhenti kuliah tapi justru bisa memberikan manfaat yang lebih besar setelah itu. Sejak googling tentang beliau dan kemudian ngobrol untuk wawancara ini, saya sudah langsung ter-inspirasi. Jadi bersemangat 'sekali lagi' untuk terus nulis. Semoga kawan-kawan juga. Berikut wawancaranya:

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, Sebelumnya terima kasih atas kesediaannya untuk berbagi 'sesuatu' dalam wawancara ini. :D Semoga njenengan selalu diberi kesehatan oleh Alloh SWT.

Sejak kapan njenengan nulis?
Saya tertarik dengan dunia menulis, sejak kelas I SMP. Karena sering langganan majalah remaja muslim Annida. Di Annida banyak sekali dimuat karya-karya penulis pemula, dan banyak tips menulis dari BCN (Bengkel Cerpen Nida) dan teman-teman FLP (Forum Lingkar Pena). Sehingga pengen ngikuti jejak mereka.

Tapi semangatnya pasang surut, tugas-tugas sekolah menjadi alibi untuk tidak menyelesaikan tulisan-tulisan. Dan akhirnya mulai serius nulis akhir 2010, di saat harus cuti kuliah karena sakit. Mulai akhir 2010 itulah getol nulis.

Apa saja Karya atau novel njengan yang pernah diterbitkan?
1. Novel Kupu-Kupu Biru (Laksana, 2011)
2. Novel Bunga-Bunga Kertas (Safirah, 2012)
3. Novel Kupu-Kupu Biru 2 (segera terbit)
4. Antalogi Kisah Pelangi (nulisbuku.com, 2011)
5. Antalogi Friend To the End (Umahaju, 2012)
6. Antalogi Gado-Gado Poligami (Quanta, 2012)
7. Antalogi Di Masjid Hatiku Terkait (LeutikaPrio, 2012)
8. Antalogi Perempuan dan Dering Handphone (Dinas Kebudayaan jawa Tengah, 2012)

Bisa ceritakan sedikit pengalamannya, sampai karya njenengan bisa diterima penerbit?
Januari 2012 saya mulai menulis novel. Saya bertekad, sebelum saya meninggal saya harus bisa melahirkan minimal satu karya yang bisa bermanfaat untuk pembaca. Novel pertama berjudul “ZAHRA”, selesai dalam waktu kurang dari dua pekan. Tapi sampai sekarang belum mendapatkan penerbit(ditolak banyak penerbit), karena sepertinya ceritanya terlalu mentah dan genre-nya kurang disukai. Hanya istirahat beberapa hari, saya mulai menulis lagi, novel Kupu-Kupu Biru. (Dua novel ini terinspirasi dari kehidupan saya masa SMA dan Kuliah). Sempat berhenti menulis, karena down bapak meninggal mendadak. Tapi cukup dua pekan. Dan mulai melanjutkan novel Kupu-Kupu Biru lagi. Kurang lebih satu bulan Kupu-Kupu Biru selesai langsung saya kirim ke penerbit* via email. Satu bulan kemudian saya mendapat telpon dari penerbit, katanya mereka tertarik dengan naskah saya, tapi mereka meminta jumlah halaman ditambah dan ending yang lebih jelas.( Waktu itu jumlah halaman kurang dari 200hal, padahal standar penerbit 250hal). Saya menyanggupi permintaan penerbit. Setelah saya kirim, penerbit langsung kirim surat perjanjian/MOU via pos. Dan enam bulan kemudian, Alhamdulillah novel saya terbit dan beredar.

*Cara kirim naskah ke penerbit.
Ini yang masih sering pada bingung. Syarat pertama harus punya naskah. Jangan bingung/mbebeki(tanya kesana kemari cara menerbitkan buku, kalau belum punya naskah). Setelah naskah jadi, browsing penerbit-penerbit di Indonesia yang jumlahnya banyak sekali. Kalau ini masih bingung juga, buka novel-novel koleksi kamu,cari alamat web-nya. Klik laman kirim naskah di web penerbit. ikuti syarat di laman tersebut. Tapi ingat, cari penerbit yang genrenya cocok dan jangan terjebak dengan penerbit indie.#sepertinya terlalu panjang dijelaskan. Kalau punya naskah hubungi 085878674154. Siap bantu, insyaAllah.  Kemudian, menurut njenengan

Menulis itu mudah gak sih?
Saya akui menulis itu tidak mudah. Butuk komitmen yang tinggi untuk menyelesaikan tulisan-tulisan. Butuh stok kesabara yang tak terbatas untuk menerima penolakan-penolakan dan jadwal terbit buku. #Kalau soal susahnya merangkai kata itu soal jam terbang dalam membaca maupun menulis.

Apa kendala utama dalam menulis?
Kendala paling utama adalah kesehatan saya yang sering naik turun. Kelelahan sedikit, otak bisa langsung blank untuk berfikir. Saya sangat terinspirasi dengan njenengan, karena sakit njenengan tidak menghambat untuk terus berkarya.

Punya seseorang, alasan atau motivasi khusus sehingga njenengan bisa terus menulis? 
Motivasi terbesar saya adalah “dakwah”. Sebelum saya cuti kuliah, saya cukup aktif dilembaga dakwah. Awalnya saya sangat terpukul ketika harus terpisah dengan “mereka”(aktivitas itu). Sehingga jalan satu-satunya untuk menggantikan aktivitas itu dengan berharap buah pahala yang sama/lebih, adalah dengan menulis. Menulis yang banyak mengandung hikmah tanpa menggurui. Saya berharap dengan tulisan-tulisan saya banyak orang yang mendapat “hidayah”(berubah lebih baik). Sehingga menjadi amal jariyah bagi saya.

Saya pribadi sangat suka menulis, dan tentu sangat senang jika suatu hari nanti bisa memiliki buku atau novel karya sendiri. Namun saya seringkali nggak pede dengan kemampuan menulis saya. Menurut njenengan?
Saya juga pernah mengalami krisis kepercayaan diri. Tapi kita harus melawannya. Semua penulis besar pasti juga mengawali dari nol. Kalau kita sudah mencoba menulis dan mengirim ke media/penerbit jawabannya ada dua, kalau tidak BERHASIL ya GAGAL. Tapi kalau kita menuruti hati yang krisis kepercayaan diri (tidak berani menyelesaikan tulisan dan mengirimkannya ke media/penerbit karena takut tulisannya jelek, takut diketawain, takut berujung di bak sampah penerbit/media, dll), jawabannya hanya satu GAGAL.

Mungkin teman-teman lain juga sering mengalami hal serupa. Sudah merancang kerangka menulis bab per-bab, namun kemudian terserang virus ‘jenuh’ yang luar biasa, kesusahan mencari ide untuk melanjutkan kalimat. Apa yang biasa njenengan lakukan?
Ketika berada pada titik kejenuhan dan kebuntuan saya biasanya membaca buku yang sejenis dengan apa yang saya tulis, nonton TV, ngobrol dengan orang lain baik di dunia nyata maupun dunia maya, menjalankan hobi lain.

Seberapa penting pengetahuan EYD untuk bisa menghasilkan tulisan yang bagus, atau diterima pembaca?
Seperti kita tahu akhir-akhir ini banyak sekali novel-novel yang menggunakan bahasa tidak baku tapi malah meledak. EYD sangat penting, terutama untuk mengedukasi masyarakat atas amburadulnya bahasa sekarang ini. Terpaku dengan EYD bukan berarti tulisan jadi kaku bukan? Tergantung kita mengolahnya. Tapi jangan takut juga kalau EYD salah. Nanti jadi alibi tidak mau menulis. 

Mungkin Ada tips khusus untuk penulis-penulis pemula seperti saya ini?
Banyak membaca, Tajamkan mata, hati dan fikiran, Pasang target-komitmen-istiqomah.  Terima kasih banyak ya mbak atas kesediaan waktunya. Semoga nggak ganggu waktu njenengan. Semoga bisa bermanfaat dan meng-inspirasi pembaca. Aamiiin

Alhamdulillah, meski di tengah kesibukan beliau nulis, beliau masih sempatkan berbagi lewat wawancara ini. Terima kasih banyak Mbak Nurul...

 Mbak Khusnul, di SMA Negeri 5 Purworejo - Foto TribunJogja

BIODATA SINGKAT:
Nama lengkap: Khusnul Khotimah
TTL: Purworejo, 9 Januari 1991
Alamat: Rt 03/01, Kaliwader, Bener, Purworejo
No Silaturrohim/fb/blog: 085878674154//khusnul.9191@gmail.com//@PupaBisnis
Tags:

1 komentar

  1. Komunitas Bisa Menulis Purworejo
    Komunitas Bisa Menulis (KBM) merupakan wadah atau grup di media sosial (facebook) untuk belajar manulis bentukan Asma Nadia. Purworejo sendiri memiliki beberapa member yang aktif dan akhir Januari kemarin berhasil kopdar dan ingin mengajak serta anak-anak Purworejo yang minat di bidang tulis menulis untuk belajar bersama. Silahkan hubungi kami via facebook atau WA. Akun Fb Anggara Jenar, Sri Bandiyah, Liz Utomo, dll.

    BalasHapus