Bagaimana ceritanya bisa mewakili Indonesia di Konferensi Guru Bahasa Inggris di Finlandia?
Karena di berbagai forum di Purworejo saya lancar dan bagus saat mengutarakan pendapat dalam bahasa Inggris, akhirnya saya sering diberi tugas penting seperti Konferensi Bahasa Inggris Nasional di Bogor tahun 2002.
Saat itu saya belum kenal e-mail. Sepulang dari Bogor, saya segera ngambil kursus internet. Setelah itu saya dapat tugas ke Australia pada awal 2002 selama 6 bulan. Saya stres karena harus meninggalkan keluarga dan si bungsu. Saya berdoa, "Ya Tuhan, lebih baik saya tidak berangkat, tapi berikanlah saya kesempatan lain." Ternyata Tuhan mendengar doa saya. Saya tak jadi berangkat dan dapat tawaran tes ke Finlandia.
Apa saja tes yang harus dilalui?
Saya diwawancarai Dinas Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) sekitar 1 jam dengan bahasa Inggris, untuk menentukan lolos-tidaknya. Yang dibicarakan, antara lain, penggunaan dan manfaat internet. Selain itu, bila nantinya terpilih, saya harus bikin suatu proyek. Beruntung saya suka menulis dan sudah terbayang proyek yang saya buat, yaitu role playing in learning English yang sebenarnya akan saya lombakan dalam karya guru. Saya lolos dan mewakili Indonesia ke Finlandia dan yang bikin surprise, saya harus berangkat sendiri karena dananya, sekitar Rp 30 juta, hanya cukup untuk satu orang. Bila saya tidak bersedia berangkat, akan digantikan finalis lain. Saya pikir, kesempatan enggak datang dua kali dan dengan percaya diri saya berangkat ke Tampere, Finlandia. Padahal, ke Jakarta sendiri saja belum pernah.
Apa saja kegiatan Anda di Finlandia?
Konferensi tersebut dihadiri oleh 55 guru dari sekitar 17-18 negara Asia-Eropa, seperti Jepang, Swedia, Finlandia, Jerman, Belanda, Singapura dan lain-lain. Hasilnya adalah pembentukan cyber classroom (CC), yaitu wadah bagi siswa Asia-Eropa untuk bertukar segala sesuatu melalui internet.
Stressing-nya pada pertukaran budaya dan pendidikan. Dari hasil konferensi tersebut kami membentuk kelompok dan menjalankan suatu proyek, dengan syarat, kelompok tersebut terdiri dari campuran antara negara Asia dan Eropa.
Saya bekerja sama dengan Swedia yang diwakili oleh Ulla Dahlstorm dan Jan karena saya merasa cocok dengan mereka. Proyek itu kami beri nama Ndolalak and Hambo.
Ndolalak adalah nama tarian klasik dari Purworejo sedangkan Hambo adalah tarian dari Swedia. Ceritanya, ketika sedang breakfast, pihak Swedia yaitu dari Gymnasiest High School, memberi nama "virtual school". Saya kurang setuju karena nama itu tidak mencerminkan exchange kebudayaan.
Akhirnya kami sepakat memberi nama Ndolalak and Hambo. Pada proyek tersebut kami bertukar informasi kebudayaan, tata kehidupan, agama, dan lain-lain. Kami membuat situs untuk kerja siswa dan situs itulah yang dinilai. Semula, mereka men-set up situs dan kami saling meng-combine dan compare. Situs kami masuk lima besar dan pernah dipresentasikan dalam Konferensi Guru Internasional ke-3 di Bogor. Tapi kami masih terus bekerja keras lagi karena bila tahun depan kami berhasil jadi finalis, akan diundang ke Jerman.
Dalam situs itu kami bercerita tentang beberapa elemen penting seperti everyday life, yang berisi cerita siswa kedua negara, termasuk di dalamnya adalah teenagers life (kehidupan remaja). Di sini kami munculkan perbedaan budaya dan kebiasaan mencolok, seperti kebiasaan ke night club, makanan, dan sekolah. Ada juga tentang pendidikan, olahraga, dan pelajaran favorit. Kami juga tukar-menukar cerita rakyat, tempat wisata, dan agama.
Bisa diterangkan lebih rinci tentang CC?
Intinya, CC adalah pertukaran pelajar via internet yang menekankan pada bidang seni, budaya, pendidikan dan tata kehidupan sehari-hari dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Untuk proyek ini kami pilih siswa yang bahasa Inggris-nya produktif dan bisa internet. Kami juga libatkan beberapa siswa dari sekolah lain untuk percontohan.
Awalnya kami menulis dan membahas hasil tulisan tersebut karena kami punya kelas speaking. Hasil tulisan itu di-download dan dibahas dalam kelas tersebut. Hal ini untuk melatih siswa agar bisa berbahasa Inggris dan have something to say in English. Dalam arti, punya bahan dan pengetahuan untuk didiskusikan. Setiap minggu kami selalu berhubungan dengan Gymnasiest, apalagi saya sebagai koordinator yang setiap saat kontak dengan koordinator Swedia, yaitu Ulla Dahlstorm dan Torbjorn Larsson. Di Indonesia, baru SMU 7 Purworejo dan Paramadina School ikut CC Asia-Eropa di bawah Yayasan ASEM (Asia and Europe Meeting).
Apa saja tujuan CC?
Tujuannya antara lain agar siswa bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris, menjalin hubungan antarpribadi yang harmonis antarnegara Asia-Eropa dengan kata lain building a personal relation sehingga bisa menggalang peace of the world. Tujuan lain adalah memperkenalkan dan mengembangkan teknologi dan informasi sebagai alat belajar dalam dunia pendidikan. Namun, tidak hanya melulu pertukaran budaya saja, lho, ada juga CC yang saling bertukar ilmu pengetahuan, dan lingkungan. Siswa saya bangga dan antusias karena bisa mewakili Indonesia dan melaksanakan proyek ini. Guru-guru juga sangat mendukung.
Adakah kendala penerapan CC ini?
Ada. Pertama, hanya bisa praktik pada hari Minggu karena komputer masih jadi satu dengan laboratorium komputer. Alhamdulillah, kami dapat bantuan dari Dinas Pendidikan Pusat sebesar Rp 50 juta untuk membangun ruang internet. Kedua, soal web design, kami masih kalah jauh dengan negara lain, seperti Singapura. Karena bentuk web termasuk dalam penilaian pemanfaatan teknologi informasi. Seberapa bagusnya hasil web menunjukkan seberapa mantap penguasaan teknologi.
0 komentar